Perry menekankan pentingnya sinergi antara Bank Indonesia dan pemerintah dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui kebijakan moneter yang sejalan dengan kebijakan fiskal. Di sisi fiskal, Perry menjelaskan bahwa belanja pemerintah diperkirakan akan meningkat pada semester II 2025, berkaitan dengan pelaksanaan proyek prioritas pemerintah di bidang ketahanan pangan, energi, pertahanan dan keamanan, serta paket kebijakan ekonomi yang baru saja dirilis pada tahun 2025.
BI berjanji untuk terus memperkuat bauran kebijakan ekonomi melalui pelonggaran likuiditas, penurunan suku bunga, dan peningkatan insentif makroekonomi. Di samping itu, percepatan digitalisasi juga menjadi langkah strategis “Dengan penguatan sinergi berbagai kebijakan tersebut, pertumbuhan ekonomi di semester II 2025 diperkirakan membaik, sehingga secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi 2025 akan berada di atas titik tengah kisaran 4,6% sampai dengan 5,4%,”
ungkap Perry.
Dukungan ini dipertegas dengan neraca pembayaran Indonesia yang kuat dan mendukung ketahanan eksternal ekonomi negara. Pada bulan Juli 2025, neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus sebesar US$4,2 miliar, berkat ekspor komoditas pertanian dan produk manufaktur yang membuat defisit transaksi berjalan tetap rendah. Transaksi modal dan keuangan terkendali dengan baik, didukung oleh investasi langsung dan surplus investasi portofolio. Pada triwulan III 2025, investasi portofolio ke Surat Berharga Negara (SBN) mengalami net inflow sebesar US$432 juta, melanjutkan tren positif dari triwulan II 2025 sebesar US$1,6 miliar “BI memperkirakan neraca pembayaran Indoensia di Tahun 2025 tetap baik ditopang defisit transaksi berjalan yang rendah dalam kisaran 0,5% sampai 1,3% dari PDB, serta surplus transaksi modal dan financial di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi,”
tutur Perry.